Rubrik Politik

International Youth Summit Harus Buktikan Pemuda Muslim Dunia Membela Palestina

JAKARTA (18/7/2024) --  Penyelenggaraan International Youth Summit memberi ruang kepada anak muda untuk berkiprah dan membuktikan bahwa anak-anak muda, termasuk Indonesia, layak dipercaya untuk menyelenggarakan event tingkat lokal maupun internasional. Oleh karena itu, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menyambut baik rencana Organization of Islamic Cooperation (OIC) Youth Indonesia menyelenggarakan International Youth Summit pada 28-29 September 2024.

"Dalam konteks Indonesia, juga untuk membuktikan kepada dunia bahwa pemuda Indonesia mampu mengikuti beragam gerak dunia internasional, termasuk terkait OIC, karena latar belakang didirikannya OIC sangat jelas yaitu mendukung Palestina atas kejahatan penjajahan Israel, termasuk pembakaran Masjid Al-Aqsa ," kata Hidayat ketika menerima perwakilan OIC Youth Indonesia, di Ruang Kerja, Gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/7/ 2024). Dalam kunjungan itu perwakilan OIC Youth Indonesia antara lain mengundang Hidayat menjadi pembicara  dalam International Youth Summit.

Menurut Hidayat, yang dilakukan oleh OIC dalam konteks Indonesia merupakan hal yang prinsip. Sebab, Indonesia termasuk salah satu pendiri OIC, dan OIC dahulu didirikan sebagai respons negara-negara  berpenduduk mayoritas Islam atas terjadinya kejahatan Israel dengan membakar Masjid Al-Aqsa.

Menurutnya, hingga hari ini Masjid Al-Aqsa bukan lebih bagus bila dibandingkan dengan saat itu. Israel, tambahnya, semakin jahat dan nasib Masjid Al-Aqsa semakin mengkhawatirkan.  Ditambah lagi dengan kejahatan-kejahatan penjajahan Israel yang meluas serta makin brutal dalam melanggar hukum internasional.

Bahkan kejahatan Israel yang kini mengisolasi dan melakukan genosida terhadap Palestina, lebih jahat bila dibandingkan dengan 1969 saat OIC didirikan. Oleh karena itu, lanjutnya, OIC dan Palestina seharusnya memang semakin bersatu untuk mewujudkan cita-cita OIC sesuai akta pendiriannya. Dalam konteks itu, kata Hidayat,  adalah menyelamatkan Masjid Al-Aqsa, dan kemerdekaan Palestina.

Dalam kontek Indonesia, kata Wakil Ketua MPR dari Fraksi PKS itu, ia berharap Indonesia yang ikut mendirikan IOC agar berkontribusi lebih kuat lagi dengan mendorong dan mengingatkan seluruh negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk semakin bersatu. Apalagi, sikap negara-negara non Islam dan non OIC lebih tegas dalam membela Palestina.

Hidayat menyebut Brazilia yang mengusir bangsa Israel, Chili yang menarik duta besarnya dari Israel, Bolivia memutus hubungan dengan Israel, dan Spanyol yang mengajak negara-negara Eropa untuk mengakui negara Palestina.

Ia juga mengatakan, di antara kunci kemenangan di Gaza, Palestina, adalah bila faksi-faksi di Palestina bersatu, terutama Fatah dan Hamas. Dalam upaya itu, tuturnya, Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah  bertemu dengan pimpinan tertinggi Hamas di Qatar dan mengajak rekonsiliasi dengan Fatah. "Beberapa negara juga sudah mengupayakan. Tiongkok sudah mengundang ke Beijing dan mereka telah datang. Presiden Rusia juga mengundang ke Moskow, mereka datang. Tapi belum ada hasil yang efektif seperti yang diharapkan," paparnya.

Hidayat menegaskan, perlu ada terobosan yang lebih kuat. Bila Indonesia yang mengundang pimpinan Hamas dan Fatah, menurutnya, diharapkan akan lebih efektif. Sebab, mereka semua menghormati dan percaya kepada Indonesia. Demikian halnya negara barat dan negara-negara Timur Tengah percaya terhadap Indonesia.

"Berkali-kali saya menyampaikan alangkah lebih baik pemerintah Indonesia mengundang Hamas dan Fatah untuk rekonsiliasi di Jakarta sehingga genosida bisa diakhiri, kejahatan Israel juga bisa diakhiri, dan utang bersejarah Indonesia, yaitu kemerdekaan Palestina, dapat dibayar lunas. Saya usulkan agar hal ini juga disuarakan pada saat kegiatan International Youth Summit OIC nanti," pinta Hidayat.

Pada kesempatan itu ia juga menyampaikan, penyelenggaraan International Youth Summit bisa menjadi momentum untuk mengingatkan anak-anak muda tentang sejarah OIC. Sebagai pemuda dan sebagai OIC, semangat berdirinya organisasi tersebut  luar biasa, karena hingga kini OIC masih  eksis. Artinya, ujar Hidayat, kita mengerti tentang idealisme, sejarah, tentang Indonesia dan masalahnya, sehingga harus berkontribusi dan jangan justru berkontribusi untuk membuat orang semakin apatis, pesimis, cemas, dan lemas.  

Dalam konteks Indonesia, lanjut Hidayat, penyelenggaraan International Youth Summit pada September mengingatkan pada Gerakan 30 September, Partai Komunis Indonesia (PKI). "Artinya ingatan anak-anak muda penting untuk disegarkan (terkait dengan) ingatan mereka, jati diri mereka, sehingga tidak mudah terbawa ideologi-ideologi yang menyimpang dari Indonesia," tegasnya.*

Editor : Patna Budi Utami