Rubrik Industri

Indonesia Latih 275 Pelaku Industri dari Negara-Negara Karibia di Bidang Agro

JAKARTA (10/5/2025) -- Industri agro menjadi salah satu sektor strategis yang juga turut berperan menopang perekonomian nasional, bahkan industri itu mampu tumbuh 5,20% dan berkontribusi sebesar 8,89% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada 2024. Industri agro juga memberikan andil 51,81% pada PDB industri pengolahan nonmigas, dan sektor tersebut menyerap tenaga kerja lebih dari 9,37 juta orang.

"Dalam upaya pengembangannya, beberapa strategi sudah kami jalankan, antara lain menyediakan tenaga kerja yang kompeten di bidang industri agro," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (8/5/2025).

Menurutnya, Indonesia memiliki pasar domestik yang sangat besar sehingga dengan potensi ketersediaan sumber daya alam yang melimpah dan didukung tenaga kerja terampil, Kemenperin optimistis industri agro akan semakin berkembang. Ia menyebutkan, beberapa subsektor andalan di industri agro di antaranya industri makanan dan minuman, serta industri kayu, kertas, dan furnitur.

Untuk meningkatkan performa industri agro, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) ikut berperan melalui pelaksanaan program pengembangan kompetensi SDM industri. "Kami berkomitmen untuk memajukan SDM industri agro dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan vokasi yang fokus pada sektor tersebut," ujar Kepala BPSDMI Kemenperin Masrokhan.

Pada 7 Mei lalu salah satu unit pendidikan vokasi Kemenperin, yakni Politeknik ATI Padang, membuka program pelatihan pengolahan mangga dan pisang bagi negara-negara di kawasan Karibia. Pelatihan tersebut  merupakan hasil kerja sama antara Kemenperin dengan Non-Aligned Movement Centre for South-South and Triangular Cooperation (NAM CSSTC) serta Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu). Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja industri agro di negara-negara kawasan Karibia, khususnya dalam pengolahan mangga dan pisang.

Menurut Masrokhan, Politeknik ATI Padang sebagai unit pendidikan vokasi binaan Kemenperin dengan spesialisasi industri agro, telah memiliki pengalaman dalam mengembangkan produk-produk makanan dan minuman yang memiliki nilai tambah tinggi, termasuk produk olahan dari buah. Tahun ini politeknik tersebut kembali dipercaya untuk melatih negara-negara di kawasan Karibia.

Pada 2023 dan 2024 Politeknik ATI Padang sukses melatih 19 peserta dari 14 negara di kawasan Karibia dalam bidang diversifikasi pengolahan produk kelapa. Pada tahun ini kembali melatih negara-negara di kawasan Karibia dalam bidang pengolahan mangga dan pisang.

"Pelatihan kali ini akan diikuti oleh 14 negara kawasan Karibia dengan beberapa topik, yaitu dried mango, mango jelly, smoked banana, dan banana chips yang merupakan produk paling diminati pembeli," jelas Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri (PPPVI) Wulan Aprilianti Permatasari.

Pelatihan tersebut dibiayai oleh NAM CSSTC sebagai organisasi antarpemerintah yang memiliki peran penting dalam menyelenggarakan berbagai agenda internasional dengan tujuan untuk pembangunan berkelanjutan. "Program ini merupakan bagian dari komitmen kami yang lebih luas untuk berbagi pengetahuan praktis dan membangun jembatan antara negara-negara di belahan dunia selatan," kata Direktur NAM CSSTC Diar Nurbintoro.

Berdasarkan informasi dari Kementerian Luar Negeri, sebanyak 275 peserta akan terlibat mengikuti pelatihan kali ini. Peserta sebanyak itu merupakan mereka yang lolos seleksi dari 553 pendaftar tahun ini. Para peserta merupakan pelaku industri di negara-negara kawasan Karibia, antara lain St Lucia, Guyana, Antigua, Barbados, Bahamas, Belize, Cuba, Grenada, Jamaica, St Kitt and Nevis, St Vincent and Grenadines, Tobago, Trinidad, dan Suriname.

"Ini menunjukkan bahwa program pengembangan kapasitas ini mendapat sambutan dan animo yang tinggi dari para pelaku industri di wilayah Karibia. Hal ini sungguh sangat menjanjikan untuk kolaborasi kita pada masa depan," kata uDirektur Amerika II Kementerian Luar Negeri Riris Wusananingdyah.*