Rubrik Humaniora

Sekitar 20% Populasi di Indonesia Berpotensi Alami Gangguan Kesehatan Mental

JAKARTA (1/8/2024) -- Survei kesehatan mental masyarakat sangat penting untuk dilakukan. Berdasarkan survei tersebut diharapkan diperoleh potret kesiapan mental para calon orang tua di masa depan, sehingga para pemangku kebijakan dapat mempersiapkan langkah-langkah antisipatif untuk mencegah potensi gangguan kesehatan mental yang muncul.

Apalagi, menurut Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Tjut Rifameutia, sebanyak 20% populasi di Indonesia berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental. "Pengalaman sulit di masa anak-anak akan sangat memengaruhi kesehatan mental di masa dewasa," tegasnya, saat menajdi narasumber diskusi daring dengan tema Tantangan Kesehatan Mental Anak dan Remaja Indonesia Menuju 2045, yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (31/7/2024).   

Oleh karena itu, lanjutnya, sebuah keluarga perlu mengetahui dan memahami peran dan fungsi setiap anggota keluarganya, termasuk peran bapak dan ibu pada keluarga itu. "Karena pendidikan keluarga atau parenting itu sangat penting dalam membangun kesehatan mental masyarakat," ujarnya.

Diskusi yang dibuka oleh Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menghadirkan sejumlah narasumber lainnya, di antaranya Psikolog Anak dan Remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo S.Psi dan Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS Marzoeki Mahdi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr Nova Riyanti Yusuf. Hadir pula anggota Komisi IX DPR RI Nurhadi sebagai penanggap. Diskusi dimoderatori oleh Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI Irwansyah.

Psikolog Anak dan Remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo berpendapat, tantangan kesehatan mental anak dan remaja di Indonesia antara lain muncul karena ketidaksiapan orang tua dalam mendidik anak. Menurutnya, orang tua seringkali menyerahkan urusan pendidikan anak kepada orang lain, sehingga tumbuh kembang anak rawan terganggu. Sebab, peran aktif orang tua secara fisik dan emosional sangat penting dan mempengaruhi perkembangan kesehatan mental anak.

Selain itu, lanjutnya, keberadaan media sosial dan internet saat ini juga sangat mempengaruhi kesehatan mental anak. Kegemaran menggunakan media sosial dan game online, ujar Vera, berpotensi mengganggu pola tidur, makan, dan olah raga anak, yang berujung pada gangguan kesehatan mental.

Sementara itu, anggota Komisi IX DPR RI Nurhadi mengungkapkan, gangguan kesehatan mental kerap diawali dengan depresi. Pada skala global, dampak gangguan kesehatan mental masyarakat menimbulkan kerugian hingga US$1 triliun.

Berdasarkan kenyataan itu, kesehatan mental masyarakat harus segera dimitigasi. Penanganannya, harus dilakukan secara sistematis dimulai dari lingkungan keluarga. "Peran ibu sangat penting untuk memberikan respon cepat terhadap anak yang mengalami gangguan kesehatan mental," tegasnya.

Menurut Nurhadi, isu kesehatan mental di Indonesia belum mendapatkan perhatian serius bila dilihat dari alokasi anggarannya yang masih di bawah 1% dari alokasi anggaran kesehatan secara nasional. Bila kesehatan mental masyarakat tidak dikelola atau ditangani dengan baik, kata Nurhadi, akan mempengaruhi kesehatan setiap anak bangsa secara luas.

Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat saat membuka diskusi menyampaikan kesehataan mental anak dan remaja harus diwujudkan melalui berbagai upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat, demi masa depan anak bangsa yang lebih baik.

"Kesehatan mental menunjang kesehatan manusia secara menyeluruh, karena dengan mental yang sehat orang mampu mengatasi tekanan hidup, menyadari kemampuan mereka, belajar dengan baik, dan berkontribusi pada komunitas mereka," tegasnya.

Menurut Rerie, sapaan akrab Lestari, tidak bisa dipungkiri masalah kesehatan mental sudah mendunia. Berdasarkan catatan situs Our World Data, diperkirakan satu dari tiga perempuan dan satu dari lima laki-laki akan mengalami depresi berat dalam hidupnya. "Bagaimana bangsa kita mampu menyiapkan diri menangani kondisi tersebut dengan langkah nyata, itu menjadi tantangan kita saat ini," ujarnya.

Menurut anggota Komisi X DPR RI itu, untuk mencegah bertambahnya prevalensi gangguan mental, diperlukan kemampuan menciptakan struktur dan sistem sosial yang menunjang program peningkatan kualitas manusia Indonesia. Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu mengingatkan, pada 2045 para remaja saat ini akan berada pada puncak kepemimpinan nasional. Bila kesehatan fisik dan mental mereka tidak dipersiapkan, akan sulit mewujudkan Indonesia Emas.*

Editor : Patna Budi Utami