Event tersebut juga bisa menjadi dukungan terhadap langkah Presiden Joko Widodo yang telah menetapkan tanggal 10 Juni sebagai Hari Kewirausahaan Nasional. Jauh sebelumnya, Presiden Joko Widodo juga sudah menerbitkan Perpres Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional.
"Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, per Februari 2024, terdapat sebanyak 51,55 juta wirausaha pemula di Indonesia, setara 37,86% dari angkatan kerja nasional yang totalnya 149,38 juta orang. Jumlah tersebut masih harus ditingkatkan. Mengingat potensi melahirkan wirausahawan baru masih terbuka lebar, khususnya yang berasal dari usaha rintisan (start up). Sejauh ini, Keind melahirkan sekitar 250 enterpreneur baru. Jumlah tersebut bisa jadi meningkat seiiring gencarnya Keind melakukan kegiatan Goes to Campus," ujar Bamsoet usai menerima pengurus Keind, di Jakarta, Senin (22/7/2024).
Hadir jajaran Keind antara lain Ketua Umum Afda Rizal Armashita, WKU Organisasi Abdhy Pirsawan A, dan Ketua Dewan Usaha Pranoto Sunarto. Hadir pula panitia Rakernas Keind 2024 antara lain, Ketua SC Juliana Sofia Damu, Ketua OC Risti Yuni Lestari, SC Dini Fronitasari, SC Hardini Puspasari, Sekretaris OC Yudavio, dan OC Hanny Pirss.
Ketua DPR ke-20 dan Ketua Komisi III DPR ke-7 bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, tingginya jumlah wirausahawan merupakan salah satu indikator kemajuan sebuah negara. Karenanya, melahirkan wirausahawan muda merupakan prioritas yang tidak bisa dielakkan. Konsekuensi dari kegagalan untuk menumbuhkembangkan wirausahawan, berpotensi menempatkan posisi kita hanya sebagai 'pasar' bagi produk komunitas global.
"Mendorong kewirausahaan juga bisa menjadi jalan yang tepat untuk mengatasi pengangguran Generasi Z, dan sekaligus sebagai langkah penting dalam membangun perekonomian yang kuat. Mengingat data BPS menunjukan bahwa hampir 10 juta penduduk usia muda yang masuk dalam Generasi Z, saat ini berstatus menganggur atau tanpa kegiatan. Mengatasinya bisa dilakukan dengan mendorong mereka berwirausaha," jelas Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI (Ormas Pendiri Partai Golkar) dan Kepala Badan Polhukam Kadin Indonesia ini menerangkan, menumbuhkan semangat kewirausahaan juga sejalan dengan posisi Indonesia yang saat ini sedang menapakkan kaki pada periode bonus demografi, di mana komposisi penduduk didominasi kelompok usia produktif. Seringkali bonus demografi dipersepsikan sebagai peluang emas untuk meraih lompatan kemajuan. Contohnya adalah China dan Korea Selatan yang sukses mengoptimalkan periode bonus demografi dengan pengembangan industri rumahan.
"Padahal tidak semua negara bisa sukses memanfaatkan momentum bonus demografi, seperti misalnya Brazil, Afrika Selatan, Venzuella, dan Meksiko. Hal ini harus menyadarkan kita, bahwa bonus demografi juga menyimpan potensi risiko. Salah satunya, ketika keberlimpahan jumlah sumberdaya manusia berusia produktif tidak terserap secara optimal oleh dunia kerja, maupun tidak mampu membuka lapangan kerja," terang Bamsoet. ****