Sektor pariwisata, misalnya, selama beberapa dekade menjadi salah satu sumber utama penyumbang pendapatan devisa negara. Tercatat dari tahun 2015 hingga 2019, pendapatan devisa negara dari sektor pariwisata terus meningkat dari US$10,8 miliar menjadi US$17,76 miliar.
"Setelah pandemi Covid-19 merontokkan capaian devisa pada titik terendah hanya sebesar US$0,49 miliar, sektor pariwisata kembali bangkit dengan sumbangan devisa sebesar US$4,26 miliar atau naik hingga lebih dari 769% pada 2022, dan diproyeksikan kembali naik menjadi US$5,95 miliar pada 2023," ujar Bamsoet saat memberikan Public Lecture pada Alumni Connect PPI Dunia, di Jakarta, Jumat (26/5/2023).
Dijelaskan pertumbuhan ekonomi digital juga memiliki kontribusi yang tidak sedikit. Pada 2022, ekonomi digital Indonesia tercatat mencapai US$77 miliar, setara 40% dari total pangsa pasar digital ASEAN, sekaligus menjadi yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Nilai ekonomi digital Indonesia pada 2025 diproyeksikan mencapai US$130 miliar.
"Dunia akan semakin mengalami perubahan besar, khususnya terhadap kehidupan sosial dan ekonomi digital. Terlebih dengan booming teknologi baru seperti metaverse, web 3, cryptocurrency, NFT, blockchain, dan artificial intelligence. Sebagai gambaran, volume penjualan NFT di dunia sudah menembus US$24,9 miliar atau sekitar Rp357 triliun. Sementara nilai aset kripto dunia sudah mencapai US$3 triliun," jelas Bamsoet.
Diingatkan Bamsoet, bahwa di tengah berbagai kemajuan, tidak bisa menutup mata bahwa masih ada berbagai tantangan dan persoalan lain yang harus dihadapi. Misalnya, perekonomian global saat ini yang sedang tidak baik-baik saja.
Forum Ekonomi Dunia tahun 2023 memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia akan mengalami pelambatan pada tingkat 1,7%. Pelambatan ekonomi dunia diperkirakan dialami oleh 95% dari negara maju, dan 70% di negara berkembang.
"Kondisi ini diperburuk oleh kondisi geopolitik global yang diwarnai konflik dan ketegangan politik. Antara lain perang Rusia-Ukraina, eskalasi ketegangan China-Taiwan, potensi konflik di Semenanjung Korea, memburuknya hubungan Turki dan Yunani, serta ketegangan di kawasan Laut China Selatan," urai Bamsoet.
Ditambahkan, PPI Dunia serta Alumni Connect PPI Dunia harus bisa memanfaatkan bonus demografi yang sedang dicapai Indonesia, agar bisa membawa keuntungan bagi pembangunan nasional bangsa. Jangan sampai bonus demografi tersebut justru menjadi bencana, akibat ketidakmampuan mengelola sumber daya para pemuda.
"Titik puncak fase bonus demografi Indonesia diperkirakan terjadi hingga tahun 2030, di mana jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 285 juta hingga 300 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, sekitar 70%, atau sekitar 199,5 juta hingga 210 juta jiwa adalah kelompok usia produktif usia 15-44 tahun," pungkas Bamsoet.
Turut hadir antara lain Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar, Koordinator PPI Dunia Achyar Al Rasyid, serta Sekretaris Jenderal PPI Dunia Zafran Akhmadery Arif. ****