Pimpinan pergurun tinggi yang ditemui antara lain Massachusetts Institute of Technology (MIT), Northeastern Univeristy, Harvard University, dan Georgetown University di Washington DC. MIT menjadi lokasi pertama pertemuan. Sejak berdiri pada 1861 MIT berperan penting dalam perkembangan teknologi dan sains modern, oleh karena itu, Mendikbudristek melakukan eksplorasi kerja sama dengan MIT.
"Upaya Kemendikbudristek mengeksplorasi kesempatan kerja sama dengan insitusi atau universitas top dunia merupakan bukti keseriusan kami dalam mentransformasi pendidikan tinggi Indonesia," Jelas Menteri Nadiem.
Di MIT, Menteri Nadiem bertemu dengan Presiden MIT Rafael L Reif bersama jajarannya. Rafael mengapresiasi transformasi pendidikan yang berlangsung di Indonesia. Menurutnya, transformasi pendidikan tinggi di Amerika dilakukan berkolaborasi dengan industri, sehingga yang dilakukan oleh Indonesia sudah tepat pada jalurnya. Ia juga menyatakan siap bekerja sama dengan Kemendikbudristek untuk memecahkan masalah-masalah terpenting yang tengah dihadapi Indonesia.
"Saya belajar banyak dari salah satu institusi pendidikan teknik terbaik di dunia, yaitu MIT, terutama cara mereka melakukan riset, transformasi, dan kolaborasi antardisiplin. Itu yang juga tengah dilakukan di Indonesia," ujar Mendikbudristek.
Selain MIT, Mendikbudristek juga singgah di Northeastern University. Di sana ia bercerita tentang transformasi yang tengah terjadi di Indonesia melalui Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Executive Vice Provost Northeastern University Tom Sheahan menyanjung pemerintah Indonesia yang mendorong para mahasiswa mengikuti program MBKM. Ia menjelaskan, Northeastern memiliki sejenis program kewirausahaan yang punya semangat seperti MBKM sejak 1890. Ia mengungkapkan, dibutuhkan waktu lebih dari 100 tahun untuk menemukan sistem terbaik untuk melepas sekat antara dunia kampus dan dunia industri.
Di Harvard Mendikbudristek bertemu dengan sejumlah professor dari Harvard Kennedy School, Harvard Business School, dan Direktur Eksekutif Harvard Center for International Development untuk bertukar pikiran. Selain itu, Menteri Nadiem juga meresmikan program CS50. "Program CS50 Harvard ini diperuntukkan bagi guru. Dari 11 ribu peminat, akan ada 150 guru informatika yang akan kami berangkatkan untuk belajar secara asymmetric learning di Harvard. Saya sangat berharap ke depannya lebih banyak lagi guru yang lulus dari program ini dan dapat berbagi ilmu ke guru-guru lainnya," jelasnya.
Kegiatan Menteri Nadiem di Harvard ditutup dengan kuliah umum di Harvard Business School. Ia berbagi pengalaman dengan mahasiswa dari berbagai negara. Selain itu, ia juga akan melaksanakan pertemuan untuk membahas potensi kerja sama dengan Georgetown University di Washington DC.
Lawatan Mendikbudristek ke AS memiliki dua misi khusus. Pertama, untuk menegaskan kepemimpinan Indonesia dalam transformasi sistem pendidikan melalui terobosan-terobosan Merdeka Belajar. Kedua, untuk mendorong kerja sama, antara lain di bidang pendidikan tinggi dengan sejumlah universitas dan di bidang kebudayaan dengan institusi riset dan permuseuman top dunia yang berkedudukan di AS.*
Editor : Patna Budi Utami